Kamis, 04 Agustus 2011

[L D F] Andai Kau pun Aceh

Tulisan ini yang membuat aku semakin Cinta akan Aceh, Serambi Mekkah! salah seorang sahabat Dunia Maya ku di situs jejaring sosial Facebook. Farah Dineva Rustam. Hadiah yang dituliskan nya untuk ku dan dikut sertakan dalam lomba karya tulisan " Long Distance Friendship " Di tag saat keberangkatan aku menuju Banda Aceh, setengah jam saat pesawat ku akan boarding. Aku membuka facebook dan mendapati tag-kan note ini, omak... really a surprise, pas skali karena pagi itu pesawat Lion Air akan membawa ku ke Negeri Serambi Mekkah.Haru dan senang rasanya, persahabatan kami di dunia maya bisa menginspirasikan tulisan nya. 

Baca yuuk,,,,, siapa tahu kalian punya persahabatan yang sama seperti aku dan farah :D

[L D F] Andai Kau pun Aceh

by Farah Dineva Rustam on Thursday, February 24, 2011 at 12:43am
           Sejak pertama, persahabatan kita memang dimulai dengan aku yang terlampau senang menduga-duga. Kau adalah Aceh, begitu kusangka. Seorang Aceh, yang entah bagaimana caranya, terperangkap dalam pengap Jakarta. Aku yakin sekali.

            Perbincangan awal kita bahkan bukan main menariknya. Sementara mereka di luar sana memikirkan harga cabai sampai pusing, kita meributkan sepiring mie kepiting. Dengan baik hati, kau sampaikan tawaran mencicipinya di kotamu. Dengan tak tahu diri, aku tertawa pongah. Maksudku begini. Aku tinggal di Aceh, dimana penjual mie bertebaran layaknya kutu di badan sapi. Kalau mau, aku bisa makan setiap hari sampai mabuk.

            Kau tertawa manis. Aku meringis. Berharap tak didepak dari daftar pertemanan karena banyak cakap.

            Berikutnya, aku dibuat kagum lagi. Kau rajin mengikuti perkembangan berita di Tanah Rencong. Sehari pun tak alpa. Lalu, aku kerap menemukan tulisan dengan bahasa Aceh di akun jaringan sosial milikmu. Kau adalah Aceh. Aku memang yakin sekali. Walau kemudian, aku terpaksa gigit jari. Namamu Irwanti. Gadis Betawi asli.

            Maka untukmu, Irwanti, aku menulis ini. Untuk mengekalkan bahwa bertautnya hati kita merupakan anugerah. Untuk mengabarkan betapa pernah mengenalmu saja, itu sebuah berkah.

            Tak ada jabat tangan dalam kisah kita. Tapi seolah aku bisa merasakan hangatnya. Hingga aku luluh percaya begitu saja. Kau tak lain adalah sisi hangat dari cahaya. Yang menelusup perlahan. Menenangkan diam-diam. Dan jangan coba menyangkal, Irwanti. Perkara yang satu itu aku tahu pasti. Dalam setiap penghiburan yang kau beri dengan tulus hati. Antara gelak tak terdengar saat kita menumpang di dunia milik maya. Semua sapaan sayang yang kau ucap dengan canda.

            Tak pernah kita bertatap mata. Namun apa bedanya? Aku akan mempelajari dalamnya hatimu tanpa melalui sorot mata. Ada langit terbentang luas di atas sana. Dan kita bisa minta angin turut serta. Nanti, hembus nafasmu akan sampai padaku. Biar kucerna apa yang disampaikannya. Dan bila ia berkata, ”Kau tahu, Irwanti itu punya hati selembut keju?” Aku juga akan berteriak setuju. Kalau perlu aku menggangguk terus, kata per kata, tanpa khawatir tentang kemungkinan leher patah.

            Dulu, aku benar-benar berharap kalau kau adalah Aceh. Paling tidak, kau pasti pulang kampung meski hanya sekali. Lagipula, kau sendiri lekat dengan tanah ini. Memukul telak aku yang sejak lahir mendiami negeri kopi. Aku yang gadis Aceh asli (kalau tidak memperhitungkan sedikit darah Kamboja, sejujurnya).

            Sekarang, siapa peduli? Membesarkan perbedaan fisik semacam suku dan ras sama remehnya dengan mempersoalkan sebutir gula yang jatuh dalam semangkuk mentega. Campurkan saja. Nikmatnya tetap sama. Dalam kisah ini, Irwanti, cukup waspadai satu hal. Beri pelajaran pada Selat Sunda, kalau-kalau ia mencoba menghalangi kita berdua untuk menjadi saudara.

            Menjadi temanmu adalah indah. Maka, aku lebih memilih untuk percaya dan memberimu cinta. Kuharap kau juga sama. Tentangmu bisa kupelajari. Karena memang masih ada banyak hari. Hari-hari untuk mengenal Irwanti.


*dirangkai untuk diikutsertakan dalam lomba 'Long Distance Friendship'
**dirangkai untuk dihadiahkan kepada saudariku, Irwanti Widiastanti. Tenang, Dear. Warung mie Aceh tidak akan kemana-mana. Tidak, sebelum kita sempat menyambanginya berdua.