Tanggal 24 Februari 2011 adalah hari keberangkatan saya pertama kali tuk menginjakkan kaki di Bumi Serambi Mekkah, Nanggroe Aceh Darussalam. Berangkat dari rumah setelah selesai sholat shubuh pukul 05.00 WIB saya bergegas menuju Bandara dengan Menaiki Taksi Bluebird (Taksi paling nyaman di Jakarta ), rencana awal ingin naik Damri, tapi seperti nya tidak keburu karena saya harus check-in pukul 07.00 WIB pagi di bandara. Setibanya dibandara saya langsung check-in di loket Lion Air dan memasukan koper ke bagasi, dan langsung menuju ruang tunggu. Dengan menumpangi pesawat Lion Air dari Bandara Soekarno Hatta, saya Take off pada pukul 08.05 WIB pagi. Waktu perjalanan ditempuh selama 2 jam,pukul 11.15 WIB saya tiba di Bandara International Sultan Iskandar Muda Nanggroe Aceh Darussalam, Aceh Besar. Disana saya sudah dijemput oleh sahabat-sahabat saya yang memang sudah sangat menantikan kehadiran saya di Banda Aceh.
Banda Aceh adalah kota yang memang sudah hampir 2 tahun ingin saya kunjungi, dimana banyak sekali kawan-kawan di dunia maya (Facebook) yang sangat saya ingin jumpai. Terlebih karena saya juga lagi mempelajari tentang Aceh, kecintaan saya pada kota serambi mekkah ini yang banyak menganugerahi pertemanan di facebook. Dan bisa mewujudkan mimpi saya bisa berwisata ke Serambi Mekkah.
Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam dan memiliki keragaman budaya dan telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam maupun luar negeri. Ada 5 Daya tarik yang mendorong saya ingin berwisata ke aceh, Wisata Petualangan dan Bahari, Wisata Seni dan Budaya, Wisata Spiritual dan Sejarah , Wisata Eco-Tourism dan Tsunami juga Wisata Kuliner dan Belanja. Enam Tahun setelah Bencana alam Tsunami memporak-porandakan kota ini, Banda Aceh mulai membangun kembali potensi pariwisatanya, dan menyisakan banyak hal yang sangat monumental. PLTD Apung , kuburan missal, kapal di atas rumah adalah beberapa tempat yang bisa di kunjungi.
Jujur masih merasa seperti mimpi, saat pesawat Lion yang membawaku mendarat di Bandara SIM pada Pukul 11.15 WIB dengan selamat alhamdulillah, akhirnya mimpi ini benar-benar terwujud. Mengunjungi Kota Serambi Mekkah.
Selama perjalanan dari Bandara SIM menuju kerumah kediaman sahabat saya, yang telah menyediakan fasilitas kamar yang sangat nyaman tuk saya selama berada di Banda Aceh, saya sangat familiar sekali dengan alam dan lingkungan sekitar, pertama saya melihat nya seperti ada di daerah Tabanan Bali. Mungkin karena saya sudah sering berpergian hampir seluruh wisata yang ada di pulau jawa sampai Bali. Sawah-sawah yang ditumbuhi padi-padi yang hampir menguning dan pohon-pohon asem yang asri nan hijau di sepanjang jalan, seolah menyambut kedatangan saya dengan ramah, yang membuat saya merasa hangat oleh penyambutan mereka. Senyum merekah buat alam yang telah menyambut saya.
Tak terasa dengan waktu sekitar 20 menit saja, telah menghantarkan kami tiba dirumah sahabat saya, rumah nya beralamat di perumahan perkebunan ULee Kareeng, dekat sekali dengan Warung Kopi Solong, warung kopi pertama yang terkenal d banda Aceh, dari sinilah cikal bakal lahir nya warung-warung kopi yang sangat banyak kita jumpai di kota banda aceh. Karena minum kopi di warung adalah bagian dari budaya orang-orang Aceh. Disanalah mereka bisa bercengkrama, membahas apa yang sedang menjadi topik, berkumpul bersama kawan dan rekan, membicarakan urusan-urusan bisnis, lobby proyek yang sering menghasilkan kesepakatan di warung kopi. Banyak ide-ide brilliant di aceh justru lahir dari perbincangan ringan di warung kopi.
Siapapun yang datang menginjakkan kakinya di bumi Aceh, maka dengan mudah akan menemukan warung-warung kopi yang bertaburan dimana saja. Nyaris di semua sudut bumi Aceh kita dapat menemukan warung kopi, dari yang paling sederhana sampai dengan warung kopi mewah dengan sentuhan modern. Dan semua warung kopi di aceh selalu tak pernah sepi di kunjungi oleh penikmat-penikmatnya.
Dirumah inilah, tempat saya tinggal selama di banda aceh. Sambil istirahat dan melepas rindu, peluk hangat dengan keluarga tuan rumah. Beberapa jam kemudian teman-teman saya mulai berdatangan ada 3 orang sahabat saya yang lain. Mereka sangat senang sekali bisa berjumpa . Mereka menawarkan tuk menjadi pemandu guide saya selama di aceh.
Kunjungan pertama saya, menikmati malam di banda Aceh, yaitu ke Dhapu kupi yang letak nya di Simpang Surabaya, di warung kopi inilah saya dan sahabat-sahabat saya. Buat anak-anak muda di banda Aceh, ini memang salah satu tempat yang paling ramai di kunjungi, sebagian ada yang bilang ini tempat nongkrong ngopi favorite, karena letak nya yang stategis ada di Simpang Surabaya, ukuran bangunan nya yang lumayan besar ada 2 lantai, dan cukup nyaman buat tempat nongkrong. Kami duduk di lantai 2, sambil menikmati view jalan yang tampak kerlap-kerlip lampu di malam hari.
Di dhapu kupi, kami pesan berbeda-berbeda. Minuman Yang special di dhapu kupi adalah Teh Tarek, Sanger dan Juice Terong Belanda. Sedangkan makanan nya ada Macam-macam mie, martabak dan roti cane. Saya memilih menu tuk makanan Mie tumis udang dan minuman nya Sanger dingin. Sangat luar biasa rasa dari mie tumis udang tersebut, taste rasa dan bumbu nya berbeda dari yang biasa saya makan mie aceh dijakarta. Kalau untuk Sanger Dingin, jujur saya baru merasakan nya pertama kali d dhapu kupi ini. Rasanya enak kopi yang di campur susu, tapi lebih kepada rasa susunya.
Perjalanan wisata saya pada hari Jum’at, tanggal 25 februari 2011 adalah mengunjungi Obyek Wisata yang ada di Banda Aceh, saya berangkat dengan ditemani 7 orang sahabat saya. Tempat pertama adalah ke Pinto Khop Putroe Phang, tempat ini dbangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Pintu khop merupakan pintu penghubung antara Istana dan Taman Putroe Phang. Pintu Khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk kubah. Pintu khop inijuga merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang, letak nya tidak jauh dari gunongan. Tak lupa saya mengabadikan bangunan dari Pinto Khop Putroe Phang sebagai dokumentasi atas perjalanan saya wisata ke banda Aceh.
Tempat kedua saya adalah Gunongan, Merupakan Simbol dan kekuatan cinta Sultan Iskandar Muda kepada permaisuri nya yang cantik jelita, putri Phang (Putroe Phang) yang berasal dari Pahang, Malaysia. Alkisah,Putroe Phang sering merasa kesepian di tengah kesibukan sang suami sebagai kepala pemerintahan. Bangunan Gunongan tidak terlalu besar, bersegi enam, berbentuk seperti bunga dan bertingkat tiga dengan tingkat utamanya sebuah mahkota tiang yang berdiri tegak.
Saya dan sahabat-sahabat saya menaiki tingkatan-tingkatan dari tiap bangunan tersebut. Walau lorong masuk nya memang sangat kecil dan agak sempit. Kami berpose tepat di kelopak bangunan nya.
Disinilah ada seorang bapak yang umur nya sekitar 50 tahun berperawakan tinggi besar agak gemuk, yang memberikan penjelasan kilasan sejarah singkat dari Gunongan . Kami tidak sempat menanyakan nama dari bapak ini, bapak ini lah yang menjaga Gunongan , jika ada para wisatawan yang datang berkunjung, dengan ramah dan murah senyum bapak melayani para tamu wisatawan. Masih sekitar di pelataran taman Gunongon terdapat tempat keramas nya Putri Phang.
Tempat ketiga saya adalah Kerkhof, Kerkhof berasal dari bahasa Belanda yang berarti kuburan, sedangkan peutjoet atau asal kata dari pocut (putra Kesayangan)Sultan ISkandar Muda yang dihukum oleh ayahnya sendiri, (Sultan Iskandar Muda) karena melakukan kesalahan fatal dan dimakam kan di tengah-tengah perkuburan ini. Pada relief dinding gerbang makam tertulis nama-nama serdadu belanda yang meninggal dalam pertempuran dengan Masyarakat Aceh (setiap relief ada 30 nama) ; daerah pertempuran dan tahun meninggal para serdadu (1873-1910). Sekitar 2200 tentara Belanda termasuk 4 jenderal nya sejak tahun 1883 hingga 1940 an. Disini pun kami mengabadikan foto di depan gerbang Makam, dan dipelataran makam yang tepat sekali ada di belakang Museum Tsunami. Sayang nya pada saat saya berkunjung, museum Tsunami sedang dalam renovasi, jadi tidak di buka untuk para pengunjung.
Tempat ke-empat yang saya kunjungi adalah Monumen Pesawat Seulawah yang dikenal dengan nama RI-I dan RI-2 di International Park. Monumen ini adalah salah satu bukti nyata dukungan masyarakat Aceh dalam perjalanan Republik Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Pesawat Seulawah yang menjadi cikal bakal Garuda Indonesia Airways tersebut disumbangkan melalui pengumpulan harta pribadi masyarakat dan saudagar Aceh. Lokasi dan jarak antara makam kerkoff sangat dekat sekali hampir di depan nya. Nama lokasi tempat pesawat ini adalah Blang Padang.
Setelah seharian sampai sore, jam sudah menunjukan pukul 16:30 WIB, saya mengajak sahabat-sahabat saya bergegas untuk melaksanakan sholat Ashar di Masjid Raya Baiturrahman. Masjid ini terletak di pusat Kota Banda Aceh dan merupakan kebanggaan Masyarakat Aceh. Masjid Raya Baiturrahman adalah symbol religious keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Sultan ISkandar Muda (1607-1636), dan merupakan pusat pendidikan Ilmu Agama di Nusantara. Pada saat itu banyak pelajar dari Nusantara, bahkan dari Arab, Turki, India dan Parsi yang dating ke Aceh untuk menuntut Ilmu agama. Masjid ini merupakan salah satu Masjid yang terindah di Indonesia yang memiliki Tujuh Kubah, Empat menara, dan satu menara Induk. Masjid ini dapat menampung hingga 9.000 jamaah. Masjid ini pula lah yang sempat menampung Ribuan jenazah korban Tsunami di tahun 2004. Subhanallah…. Saya merasa sangat kagum akan keindahan arsitektur dan interior pada masjid ini, Alhamdulillah bisa melaksanakan sholat ashar. Lagi-lagi merasa seperti mimpi saya berada dikemegahan Masjid Raya Baiturrahman. Sebelum nya saya hanya bisa melihat foto-foto yang dikirimkan salah seorang sahabat saya. Kali ini saya benar-benar dapat mengunjungi dan melihatnya langsung, menikmati alam sore yang sangat religi berada di lingkungan Masjid Raya. Sujud syukur di atas karpet sajadah dalam masjid Raya, terpanjatkan kepada Rabb yang telah memberikan begitu banyak rahmat hingga saya sampai di banda Aceh dengan selamat . Takjub akan kemegahan diantara pilar-pilar dan dinding yang kokoh. Nyaman dan teduh rasa nya .
Hampir semua Obyek Wisata yang ada di Banda Aceh hari itu saya kunjungi, cukup melelahkan dan menyenangkan, hari pertama kunjungan wisata sejarah dan religi. Yang dulu saya mengetahui nya hanya di buku-buku pelajaran saja, dan pada kesempatan itu saya bisa mengunjungi nya. Kami berpencar dan berpisah di Masjid Raya. Sahabat-sahabat saya pamit tuk kembali kerumah dengan kereta (sebutan Motor untuk di aceh) mereka masing-masing.
Dekat dari Masjid Raya, saya dibawa ke sebuah tempat Rujak khas Aceh yang memang terkenal di banda Aceh, namanya Rujak Garuda berada di jalan Mohammad Jam, dijakarta saya cukup sering dan sudah familiar di lidah saya, makan Rujak Aceh Jali-Jali. Yang bikin beda dari Rujak Aceh adalah bumbu gula merah nya di masak sampai kental nya pas. Kemudian bumbu ini di tambahkan buah rubia yang batangnya biasa di pakai untuk membuat sagu. Rujak Garuda ada dua macam, ada yang buah-buah nya di serut dan ada potongan-potangan buah dengan serutan es diatas nya disiram syrup khas aceh syrup cap patung. Kuliner rujak di sore hari yang membuat segar saat menyantap nya. Kata Rujak sendiri dalam bahasa aceh adalah Lincah.
Hari Sabtu tanggal 26 februari 2011, pukul 09:00 WIB saya ditemani dua orang sahabat saya, mengunjungi perkampungan lampulo kecamatan Kuta Alam memiliki Objek Wisata Tsunami, Dimana sebuah kapal kayu nelayan terdampar di atap sebuah rumah warga ketika tsunami. Ada Monument yang di buat oleh BRR. Dan masih sekitar perkampungan Lampulo kurang lebih jarak 1KM , juga ada Pelabuhan Perikanan Nusantara dan Dermaga yang menjual ikan-ikan dari hasil tangkapan nelayan yang melaut di malam hari. Atau masyarakat sekitar lebih sering mengenal nya dengan Tempat Pelelangan Ikan Lampulo. Saya mengabadikan Monumen kapal Tsunami lampulo.
setelah meninggalkan lampulo, saya ditemani kedua teman saya menuju Tugu Darussalam, yang letak nya dekat kampus Unsyiah Dan Gedung IAIN Arraniry Pasca Sarjana. Ada salah seorang teman facebook saya yang ingin sekali berjumpa, kami sepakat untuk bertemu disana, sekitar jam 12:00 WIB siang. Menikmati ES kelapa dan ES Cendol khas Aceh, sambil kami menunggu kedatangan teman facebook saya. Lima belas menit kemudian teman facebook saya pun datang, mengendarai Smash merah. Pertemuan kami di Tugu Darussalam tidak lama, karena kami ingin mengunjungi Kapal PLTD APung yang berlokasi di Punge Blang cut, kecamatan Jaya Baru. Kapal Besar di tengah kampong ini terdampar 2,5 KM dari pesisir pantai, gambaran dahsyatnya Tsunami tersebut . Monumen Kapal PLTD APung memiliki luas Lahan kurang lebih 2Hektar. Kami di pandu oleh guide yang telah di tugaskan untuk memandu setiap wisatawan yang datang ke Kapal PLTD Apung.
Persis di depan dari Kapal PLTD Apung ini, ada rumah salah seorang teman saya. Kebetulan siang hari itu panas nya kota banda Aceh sangat terik, kami bermaksud ingin singgah sebentar, sekedar melepaskan dahaga tenggorokan dengan air es. Jam menunjukan pukul 14:30 WIB, serempak kami ber 3 merasakan perut yang sudah memanggil untuk segera di isi dengan makan siang. Kami pun bergegas mencari rumah makan , sepakat kami ingin makan masakan aceh, sampailah kami pada sebuah rumah makan yang bernama Rumah Makan Spesific Aceh yang berlokasi di Pelabuhan Ulee Lheu. Di sebelah Masjid Baiturrahim. Kami sangat menikmati hidangan menu yang kami pilih, di situ banyak sekali berbagai macam menu khas masakan aceh. Menu yang saya pilih yaitu Nasi Putih di siram asem Keueung.
Asem keueung merupakan salah satu masakan atau gulai khas dari aceh. Kata Asem Keueung berarti Asam Pedas. Sesuai dengan pengertiannya , masakan aceh ini memiliki cita rasa asam dan pedas. Biasanya gulai Asam Keueung menggunakan ikan bandeng , udang atau jenis ikan lainnya. Kebetulan yang saya makan menggunakan ikan Bandeng.
Setelah selesai makan siang, kami berjalan-jalan sambil menghirup udara angin sore di Dermaga Ulee lheu . foto bersama tak lupa, mengabadikan selalu moment dimana kami berada. puas berpose di dermaga kami menuju Masjid Baiturrahim yang letak nya masih diseputaran kompleks Pelabuhan Ulee lheu, untuk melaksanakan sholat Ashar. Lepas sholat ashar kami mendapat undangan dari salah seorang teman kami untuk melihat penampilan Band nya yang benama NSP Band di acara festival Band yang di adakan oleh Coffee Bay. Nama sebuah Café yang menyelenggarakan festival band tersebut. Sore yang sangat menyenangkan, dan waktu senja pun telah tiba. Kami berpencar tuk kembali ke rumah masing-masing, dan saya kembali kerumah sahabat saya yang di ulee kareeng. Puas seharian berkeliling di hari ketiga saya di banda Aceh.
Hari ke empat saya di banda Aceh, Minggu tanggal 27 Februari 2011 pagi jam 09.00 WIB saya telah di jemput oleh sahabat saya, untuk pergi ke pantai. Waktunya wisata Bahari, saya di ajak menuju pantai Lampuuk dan Lhoknga. Pantai Lampuuk berlokasi masih di Aceh Besar, butuh waktu sekitar 30 menit dengan jarak tempuh kurang lebih sekitar 20 KM dari kota banda Aceh.
Sepanjang perjalanan menuju pantai lampu’uk saya di kejutkan dengan pemandangan yang benar-benar baru saya lihat, lembu (sapi) berkeliaran di sepanjang jalan. Untuk di Aceh, hewan-hewan seperti lembu, kerbau dan sapi, memang sudah jadi pemandangan biasa. Karena hewan-hewan tersebut tak diam hidup nya di kandang. Mereka mencari makanan nya (rumput) di sepanjang jalan. Sungguh menjadi pemandangan yang unik buat saya. Karena baru pertama kali lihat dan saya temui di sepanjang perjalanan menuju pantai lampu’uk.
Pantai lampu’uk mempunyai pantai dengan pasir putih yang sangat indah sehingga tempat ini sangat cocok sebagai area rekreasi baik untuk berenang, berjemur, memancing, berselancar atau pun sekedar menikmati suasana pantai yang indah dan penuh pesona.
Disana terdapat Saung Bambu yang telah disediakan berjajaran disepanjang pinggir pantai, kami menyewa satu dari saung bamboo tersebut untuk bisa melihat terbentang luas nya Lautan dan keindahannya dan menikmati semilir angin juga sapuan deru ombak, sambil menyeruput air kelapa yang masih utuh buah kelapa nya, dalam bahasa aceh dsebut (Ie U). Tak lupa kami memesan Ikan Bakar yang sangat khas sajian Pantai Lampu’uk sebagai Menu Makan siang. Sambil menantikan Ikan Bakar siap di sajikan, kami bermain-main di pasir putih nya, rasanya ingin saya menceburkan diri kedalam gulungan ombak yang bersahabat. Tapi saya tak ingin direpotkan dengan mengganti pakaian dan mandi setelah nya. Alhasil saya hanya berjalan disepanjang tepi pantai, sambil berfoto-foto ria. Selalu mengabadikan keindahan dan keeksotisan Pasir putih dan deru ombak dari Pantai Lampu’uk.
Setelah puas bermain-main di pantai lampu’uk , kami melanjutkan ke Pasir Putih Lhoknga, Yang letak nya Tidak jauh dari Pantai Lampu’uk cukup ditempuh 2 KM jarak dari Pantai lampu’uk k lhoknga. Menurut informasi yang saya ketahui dari berbagai sumber, Sebelum bencana Tsunami melanda Aceh, kawasan pantai ini sangat indah, kini bibir pantai nya telah terkikis abrasi air laut, walau pun demikian pesona keindahan dari pantai ini tidak berkurang. Jujur saya bilang lebih cantik dari Pantai Kuta yang ada di Bali. Pantai ini juga sering di kunjungi para pencinta surfing karena ombak nya yang cocok untuk kegiatan berselancar.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, kami menyegerakan tuk pulang. Karena saya akan melanjutkan perjalanan kembali pada malam hari dengan tujuan Kota Sigli. Dengan jasa Travel yang saya telah hubungi dan akan menjemput saya pada pukul 18.30 WIB.
Kota Sigli masuk wilayah Pidie Jaya, disana adalah tempat family saya yang ada dijakarta, mereka sudah hampir 4tahun tinggal dikota tersebut, karena ditugaskan untuk ditempatkan di kantor PLN cabang kota Sigli. Perjalanan ke kota Sigli ditempuh dengan jarak selama 2 jam. Karena perjalanan nya malam hari, saya tidak bisa menikmati dan melihat keindahan bukit seulawah dengan bukit-bukit barisan nya. Waktu tak terasa begitu lama, 2 jam kemudian saya telah sampai ke rumah family yang saya tuju. Ternyata mereka sudah menjemput saya di depan rumah nya, pas mobil travel menurunkan saya.
Setiba dirumah itu, sambil melepas lelah selama perjalanan, saya di suguhkan teh hangat dan sekalian makan malam. Karena waktu pada saat itu telah menunjukkan pukul 21:00 WIB. Nasi Goreng sosis adalah menu santap malam kami, yang sudah di siapkan oleh family ku.
Sambil bercengkrama di meja makan, kami bercerita keadaan keluarga di Jakarta. Karena ini memang untuk pertama kali nya saya bisa menjumpai family saya yang berada di Sigli. Setelah asyiek bercerita saya pamit tuk beristirahat, karena Esok hari family saya ingin mengajak keliling kota Sigli.
Hari Senin tanggal 28 februari 2011 Pukul 06:00 WIB saya sudah terbangun dari tidur, tidak terlalu pagi buat saya, karena sudah terbiasa bangun tidur di Jakarta setiap pukul 05:30 WIB.Tetapi di Sigli sendiri jam segitu masih Nampak gelap sekali. Karena perbedaan waktu terbit nya matahari dari Jakarta.
Siap mandi dan sarapan, kami telah merencanakan untuk mengelilingi kota Sigli, yang tidak terlalu besar seperti Banda Aceh. Jalan-jalan ke Alun-alun kota dan mencari souvenir cindera mata untuk keponakan-keponakan kami di Jakarta. Masih di seputaran kota, kami menuju pantai yang ada di sigli dan berdekatan dari pantai Sigli, ada sebuah monumen Tsunami Sigli. Sekedar melihat dan foto-foto di Monumen tersebut . Saya Melihat - lihat dan foto di dinding yang mencantumkan Daftar nama-nama korban bencana Tsunami 26 Desember 2004 dari tiap Kampung, yang masuk wilayah kabupaten Pidie dan Pidie Jaya Cukup waktu 2 jam kami di sana. Kami lanjutkan untuk ngopi dan wifi di salah satu Warkop yang terkenal di Kota Sigli, Namanya The Palace. Tempat yang cukup nyaman untuk menikmati secangkir Sanger sambil bercengkrama.
Malam hari nya, kami menyantap Mie Kepiting Khas Alun-alun kota Sigli, mie yang memang banyak di gemari penikmat mie di sigli. Kepiting dengan bumbu yang khas, porsi yang besar dan harga yang sangat terjangkau. Dan Sate Matang, nah ini Sate Khas daerah Matang Gelumpang dua Bieureun. Cukup puas wisata kuliner kami malam itu di alun-alun. Mampir lagi ke Toko Souvenir yang masih buka pada malam itu, karena waktu sudah menunjukan pukul 21:30 WIB. Melihat-lihat souvenir, kami melirik Tas dengan sulaman motif Aceh. Tas itu adalah memang yang benar-benar saya cari, asli original motif Aceh yang masih klasik, agak kuno. Memang itu yang saya cari semasih di Jakarta. Dan itu saya tidak temui di Banda Aceh. Karena memang model dan bahan nya sangat klasik dan sudah tidak model lagi. Tapi justru itu yang khas corak dari Acehnya . Tas yang terbuat dari bahan beludru motif sulaman pintu rumah aceh dengan warna benang bercorak, ada merah, hijau dan kuning. Akhirnya saya bisa menemukan nya juga. Dengan harga yang bersahabat saya bisa memiliki Tas Aceh Beludru. Kami pulang kerumah, dan menyiapkan dari semua souvenir yang telah kami beli saat jalan-jalan siang, dan menggabungkan nya dengan yang kami beli pada malam itu. Untuk di packing kembali menuju Banda Aceh.
Hari Selasa tanggal 01 Maret 2011, Pukul 07:00 WIB setelah merapikan diri saya dan selesai sarapan, saya pun harus bersiap-siap menunggu Travel yang akan menjemput saya kembali ke banda Aceh. Berat hati saya harus meninggal kan Family saya,peluk hangat kami berpelukan tuk pamitan. Semoga di suatu hari saya bisa datang kembali . Mobil Travel telah datang menjemput saya, berangkat pukul 08:00 WIB dari Sigli menuju Banda Aceh. Saya duduk persis di sebelah pak supir. Subhanallah,,, Ternyata pemandangan selama perjalanan di pagi hari sangat Indah sekali. Tak henti saya pusatkan perhatian saya Sambil menikmati keindahan panorama, bukit-bukit barisan, jalan yang berkelok-kelok, dan pohon Pinus yang asri hijau. Tak lupa selalu saya abadikan dengan camera digital. Disertai kabut yang menyegarkan saat terhirup udara pagi di sepanjang jalan.
Perjalanan menuju kota Banda Aceh saya tempuh selama 2 jam dari Sigli. Tepat pukul 10:00 WIB saya kembali tiba di Banda Aceh. Siang itu ada salah seorang sahabat yang ingin mengajak wisata kuliner, kami janji bertemu di Masjid AL-Makmur Lampriet, yang dikenal dengan Masjid Oman. Masjid yang mempunyai Arsitektur unik. Setelah kami bertemu, sahabat saya membawa saya kejalan Setui dimana di sana terdapat sebuah tempat yang sangat ramai dikunjungi oleh anak-anak gaul Banda Aceh. Canai Mamak KL nama tempat itu, Makanan khas Malaysia yang memang sudah jadi makanan favorite di kota Banda Aceh. Letak nya yang strategis ada di pusat kota, juga Interior dari Canai Mamak itu sendiri yang memang cukup menarik, sebagai tempat hangout . Menu yang kami pesan adalah, Menu khas nya ala Canai Mamak .Yaitu Cane Kare Ayam dan Nasi Briani, menu yang memang paling banyak di sukai. Untuk minuman nya kami memesan Juice Terong Belanda dan Teh Tarek Halia. Dari Canai Mamak, kami menuju Kuburan Massal Ulee Lhee, Situs Wisata ini terletak di jalan sultan Iskandar Muda dan sebelum Tsunami merupakan Rumah sakit umum Meuraxa, namun ketika Tsunami melanda kota Banda Aceh Rumah sakit tersebut rusak parah dan halamannya dijadikan pemakaman massa bagi korban tsunami. Selesai singgah di Kuburan massal Ulee Lhee kami menuju Pantai Alue Naga, dekat makam syiah kuala Jl. Syiah kuala. Niat awal kami ingin melihat Sunset dari Pantai Alue Naga, Sayang nya kami tidak bisa menjumpai sunset, dikarenakan awan nya yang mendung nampak gelap.
Hari Rabu tanggal 02 Maret 2011, saya dan kedua sahabat saya mengunjungi Museum Aceh, Rumoh Aceh, lonceng Cakra Donya, dan Komplek Makam Kandang Meuh, yang terletak disekitar jalan Sultan Mahmud Syah. Rumoh Aceh dibangun oleh pemerinthan Belanda Pada tahun 1914, Rumoh Aceh tersebut adalah tempat pameran barang-barang yang berasal dari ace dalam pameran Kolonial. Terdapat juga lukisan – lukisan dari para pahlwan – pahlwan Aceh. Seperti Teuku Umar, Cut Nyak dien, Panglima Polim dan lain sebagai nya. Bersebelahan dari Rumoh Aceh ada Museum Aceh, yang di kelola oleh pemerintah sebagai tempat penyimpanan berbagai benda bersejarah, baik dari masa kerajaan hingga masa kemerdekaan. koleksi yang ada di museum ini antara lain Stempel Kerajaan Aceh, Replika Makam Malikul Saleh, Naskah Kuno, mata uang kerajaan Aceh, dan lain-lain.
Tepat di depan Rumoh Aceh terdapat Lonceng Cakra Donya. Lonceng Cakra Donya ini dibuat pada tahun 1409. Lonceng ini merupakan hadiah dari kaisar cina kepada Sultan Aceh dalam rangka mengikat persahabatan. Lonceng ini berukuran lebih kurang 1,25 meter tinggi dan mempunyai lebar 0,75 meter.
Hari kamis tanggal 03 Maret 2011 pukul 08:00 WIB pagi saya sudah di jemput oleh sahabat saya, kami ingin melakukan perjalanan k Benteng Indra Patra dan k Pantai Pasir Putih Lhokmee yang berlokasi di daerah Kreueng Raya Aceh Besar. Perjalanan kami tempuh selama kurang lebih satu jam, sekitar 45 KM dari kota Banda Aceh. Melewati pelabuhan Malahayati. Saya mengagumi keindahan Pasir
Putih Lhokmee, Pantai yang menyimpan sejuta eksotis bisa di lihat keindahan nya yang Nampak dari Bukit Soeharto. Gurun rumput seperti di new zaeland, pemandangan gunung yang khas dengan pepohonan jamblang, ilalang dan bebatuan besar. Serta berkeliaran lembu-lembu di sepanjang bukit, perjalanan kami menuju pantai lhokmee. Sungguh luar biasa perjalanan yang kami tempuh untuk sampai k Pantai Lhokmee, selain jarak yang cukup jauh, juga panas yang menyengat , tapi itu terbayar karena keindahan pantai nya yang sangat menganggumkan. Subhanallah..
Jum’at Tanggal 04 Maret 2011, saya di ajak sahabat saya berkeliling kota Banda Aceh, menyelusuri sudut kota dengan mengendarai sepeda motor, dan udara yang cukup panas terik menyapa kulit saya pada siang hari itu. Kami membelokakn sepeda motor kami kearah jalan Nesui, disana terdapat Rujak Aulia, Rujak serut ala Aceh. Ini berbeda dari rujak Garuda, yang sebelum nya saya makan setelah dari Masjid Raya Baiturrahman. Kata Rujak sendiri dalam bahasa aceh adalah Lincah.
Sore hari nya kami berkumpul di sebuah tempat, tempat yang menjual minuman Bandrek dan Pisang goreng kremes yang sangat khas Namanya Bandrek Pak Sen. Cukup di kenal tempat nya karena merupakan tempat kumpul yang ramai di kunjungi, letak nya masih seputaran Simpang Surabaya.
Hari Sabtu dan minggu tanggal 05 - 06 Maret 2011 Sebelum kembali kejakarta, saya menghabiskan waktu kumpul-kumpul dengan teman-teman saya yang belum sempat saya jumpai. Keliling kota Banda Aceh di malam hari, hanya sekedar menikmati kuliner yang berbeda dari Jakarta. Di jalan simpang lima dekat pasar peunayong banda aceh, ada yang menjual Nasi Gurih, Nasi Gurih Iskandar yang memang terkenal di banda Aceh. Nasi Gurih itu seperti Nasi Uduk kalau di Jakarta, lauk di atas nya variant, ada Ayam Tangkap (Ayam yang digoreng dengan memakai daun temurui), Cumi-cumi dan Daging Goreng. Untuk yang sangat menggemari kuliner pasti nya ini memang tempat yang wajib di kunjungi jika datang ke banda Aceh.
Hari senin tanggal 07 Maret 2011, hari terakhir saya di kota Banda Aceh, saya menyempatkan diri tuk membeli beberapa oleh – oleh yang khas dari Aceh, dan titipan beberapa teman saya. Diantaranya ada Tas Bordir Aceh, bros-bros rumoh aceh, kipas motif aceh, gantungan kunci , dan berbagai macam makanan khas aceh. Malam hari nya saya merapikan semua oleh – oleh yang akan saya bawa pulang ke Jakarta.
Selasa, tanggal 08 Maret 2011 pukul 08:30 WIB Saya berpamitan dengan seluruh keluarga sahabat saya, dan saya langsung menaiki sebuah mobil Nisan Terrano sahabat saya, yang mengantar menuju Bandara International Sultan ISkandar Muda, Nanggroe Aceh Darussalam. Tiket sudah siap ditangan dengan Penerbangan Garuda Indonesia tujuan Jakarta, yang akan mengembalikan saya pulang kejakarta. Pesawat saya take off Jam 11:15 WIB dan mendarat di Jakarta pukul 15.30 WIB. Rasa nya masih ingin sekali berlama-lama di banda Aceh, ada keterikatan kuat dengan semua yang ada di Aceh. Kami berpisah di Bandara, ada beberapa sahabat saya yang menyusul ke bandara hanya ingin turut mengantar kepulangan saya ke Jakarta. Berat hati kutinggal kan Kota Banda Aceh dan semua sahabat-sahabat di sana.
Sungguh Perjalanan yang tak kan pernah saya lupakan, selama berada di kota Banda Aceh. Kebaikan dan kesediaan atas waktu dari semua sahabat-sahabat saya selama saya di aceh, yang setia mengantar jemput kemana saya pergi ketempat-tempat wisata di Aceh. Suasana yang homey, nuansa religi dan lingkungan yang ramah, dengan sahabat-sahabat yang sangat welcome. Saya berharap Semoga di suatu hari saya bisa datang kembali ke Banda Aceh.
Ayo kakak visit Aceh lagi, kita wisata bareng. apalagi Museum Tsunami Nya sudah di buka ne :D
BalasHapuswaah, bahkan kakak lebih banyak tau sejarahnya daripada kami.
BalasHapusHampir semua tempat wisata di Banda Aceh sampe tempat anak gaul nongkrong pun udah dikunjungi yaa.
Ditunggu kedatangannya lagi ke Aceh :)
Evi : teurimong geunaseh beuh de' udh mampir k blog kk yg sederhana ini, krn mmg blm bnyk postingan ny! hehe..
BalasHapusdoa'in kk beuh, pasti dtg k aceh kembali, krn sdh menjadi kampung halaman sendiri buat kk, pastinya ajak kk jln2 klo ntik kk k aceh :D
Nelva : hehe... krn kk srg update dan mempelajari terus nel ttg Aceh. Hampir setiap hari, kecanggihan teknologi yg mendekatkan kk dgn Aceh, itu sangat membantu sekali.
BalasHapusntik kk kabarin y klo kk k Aceh :)